ini cerita cuma iseng-iseng aja kok, maaf kalo ada kesamaan tokoh dan ceritanya. happy reading guys!;)
Aku
dan kamu menjadi kita sudah cukup bagiku, karena hanya itu harapku.
**
Malam
itu memang tetap sama, masih ada bintang dan bulan di langit tetapi ada satu
yang special, malam itu aku dan kamu
bersama. Aku ada tepat disebelahmu, menyenangkan rasanya. Nyaman yang kurasa.
“Dilangit
emang banyak bintang yang bersinar, tapi…” dia tiba-tiba membuka pembicaraan
setelah lama memandang langit malam itu “Dihati aku Cuma kamu yang bersinar
terang,”
Untungnya
waktu itu malam hari, jadi dia tidak perlu melihat muka ku yang sudah merona. Seperti
ini kah namanya cinta?
**
Pagi
itu seperti biasa dia datang ke rumahku dan kita berangkat bersama-sama ke
sekolah. O iya, namanya Aji. Lebih lengkapnya Patriaji Maulana, laki-laki yang
sudah menjadi kekasihku dua bulan yang lalu.
Dia
langsung menyuruhku untuk naik ke dalam mobilnya, setiap hari kami melewati
jalan yang sama. Menelusuri jalanan Jakarta yang selalu macet. Tapi, karena ada
dia semuanya jadi indah.
Setelah
sampai di sekolah dia mengantarku sampai di depan kelas, kelas kami memang
berbeda. Langsung saja aku masuk dan duduk dibangku ku. Tumben hari ini teman dudukku
belum datang, biasanya dia selalu datang lebih awal daripadaku.
“Nyariin
gue yaa?” tiba-tiba seseorang mengagetkan ku.
“Ahh
dasar fira!!” dia fira salah satu sahabatku, kami saling mengenal sudah lama.
Dia mengerti sikapku, menerima semua kekuranganku, dan yang pasti merestui
hubunganku dengan Aji.
“Ehh
barusan ketemu Aji di depan, cuek banget dehh dia disapa,” ocehnya.
“Yaaa
kamu tahu sendiri kan dia gimana
orangnya,”
“PR
fisika sudah jadi nggak? Kalo sudah nyontek yaa,”
Ishhh!
Fira, dia lupa yaa kalo aku sangat membenci pelajaran itu!! Langsung saja
kutunjukkan muka masamku. Yang aku lihat hanya cengirannya saja selanjutnya.
**
Cinta
tak bisa muncul sendirian
Setiap
ada Aku yang mencintai akan memerlukan Engkau yang dicintai
Apabila
kilat cinta telah menyambar hati yang ini,
ketahuilah
bahwa ada cinta dalam hati yang lain
**
Sore ini Aji mengajakku
jalan-jalan kesebuah mall yang cukup terkenal. Disana kami langsung menonton
film yang baru keluar. Sebelumnya kami sudah membeli sedikit popcorn dan
minuman dingin, Aji selalu menggandeng tanganku kemana dia pergi.
“Kamu akan aman jika terus
berada disampingku,”
Kata-kata yang selalu dia
ucapkan setiap kami akan pergi ditempat keramaian, aku memang orang yang kurang
suka dengan keramaian. Mungkin dia mengira dengan kata-kata itu, aku menjadi
lebih tenang.
Setelah dari bioskop kami
pergi ke sebuah café yang biasa kami kunjungi sekalian makan malam –mungkin-.
“Nis, boleh nanya sedikit?” akan
ada pembicaraan serius sepertinya. Aku hanya menjawab dengan anggukan.
“Kalo misalnya Aji deket sama
cewek lain, Anis gimana?”
Kenapa dia harus bertanya
masalah yang seperti itu? Seharusnya dia sudah pasti tahu apa jawabannnya.
“Menurut Anis sihh
boleh-boleh aja asalkan nggak berlebihan,”
Nggak! Bukan itu sebenarnya
jawaban yang tepat! Mengapa susah sekali keluar dari mulutku!
Tapi biarlah aku juga percaya dengannya, dia
tidak mungkin berpaling dariku. Dia hanya menampakkan senyuman manisnya dari
sudut bibirnya, senyuman yang teduh.
Setelah acara makan malam
berdua, dia langsung mengantarku pulang. Sampai di depan rumahku dia hanya
berpesan untuk tidak tidur larut malam, lalu melambaikan tangannya dan melesat
pergi. Aku menunggu hingga mobilnya hilang dari pandanganku.
**
Hari ini hari Minggu biasanya Aji
mengajakku jalan-jalan, atau sekedar mengitari taman komplek rumahku. Tapi
hingga jam satu siang smsnya belum juga muncul, ku niatkan untuk menghubunginya
terlebih dahulu.
Berkali-kali ku sms tak ada jawaban,
di telpon hanya suara operator yang ku dengar. Kemana anak ini?
**
“Maaf
yaa kemaren Aji ada acara keluarga makanya gasempat buat hubungin Anis,”
“Oh
gitu, iya nggak papa juga kok. Ntar temenin Anis beli buku bisa?”
“Oke!
Sekalian kita mampir ke kedai ice krim. Sudah lama nggak kesana.”
“Pulang
sekolah aja yaa?” dia haya mengangguk dan kembali masuk ke kelasnya.
**
Aku hanya menunggu Aji di dalam
mobil, antrian di kedai ice krim sangat ramai hari itu. Iseng-iseng aku membuka
setiap laci yang ada di dalam mobil Aji.
Ternyata
dia banyak menyimpan foto kita saat berlibur ke kebun teh sambil berkemah
minggu lalu.
Ada
fotoku yang sedang berdiri di tengah-tengah kebun teh, fotonya yang sedang
bermain gitar. Yang paling kusuka foto kami saat berpegangan tangan di depan
api unggun.
Tunggu! Ini foto siapa? Seorang
perempuan dengan syal berwarna merah jambu sedang duduk di tepi sungai, pandangannya
tidak mengarah ke kamera lebih focus menghadap aliran sungai. Alhasil aku tidak
dapat melihat jelas wajahnya, dibalik lembaran itu terlulis namanya, dan
sesuatu yang sangat tidak aku sangka!
**
Sepanjang
perjalanan pulang aku hanya terdiam sambil melihat keluar jendela. Aji
mengetahui sikapku yang dingin waktu itu, dia bertanya ada apa, aku hanya
mejawab kelelahan karena seharian berkililing. Apa dia tidak mengira kalau itu
semua gara-gara foto perempuan itu? Aji nggak bisa peka!
**
“Anis
ada apa? Kenapa suka ngelamun gitu sekarang?” dia tiba-tiba bertanya saat kami
duduk di taman belakang sekolah.
“Anis
biasa-biasa aja kok,” aku menyangkal, Tuhan! Apa harus sekarang aku ungkapkan
padanya?
“Jujur
sama Aji,”
Dan dengan keberanian yang masih
sedikit ku utarakan isi hatiku yang tak karuan dari kemarin.
“Waktu kita pergi ke kedai ice krim, Anis
sedikit ngebongkar laci yang ada di mobil Aji….” Ku tarik napas panjangku agar
lebih tenang.
“Lanjutin
dong,”
“Anis
nemuin foto cewek disana,” “Dia siapanya Aji?”
Aji kaget mendengar ucapanku. Dia
tampak bingung ingin menjawab apa.
“Namanya
Caca kan? Kenapa Aji nggak cerita kalo Aji udah jadian lebih dulu sama dia?
Udah setahun lebih yaa? Di foto itu masih ada kok tanggal kalian jadian. Ada
tulisan tangan Aji juga “Peri Bintang” katanya.”
Ku
jelaskan semua yang kulihat saat itu, tak kuasa sedikit demi sedikit air mata
itu keluar. Mungkin begini yaa rasanya sakit hati? Ahhh kenapa aku mesti jatuh cinta
kepada lelaki yang sudah terikat dengan perempuan lain?
“Caca itu…”
“Dia pacanya Aji sebelum Anis kan?
Dan kalian masih pacaran sampai sekarang. Berarti Anis orang ketiga dong? Anis
baru ngerti sekarang pertanyaan Aji waktu itu,”
“Nis….”
“Mungkin hubungan kita sampai sini
aja dulu yaa, Anis nggak mau jatuh terlalu dalam lagi. Kalo misalnya ntar Aji
putus sama dia, Anislah penyebabnya. Maaf yaa Anis udah masuk ke kisah cinta
kalian, semoga kalian bahagia,”
Aji
nggak bisa ngomong apa-apa dia hanya diam mendengar semuanya dengan kepala
tertunduk, hingga aku pergi dia tidak menoleh atau memanggil namaku. Dia masih
menunduk.
**
Sungguh
indah jika membayangkan kenangan,
tapi
sulit untuk menerima keadaan.
Sulit
menerima bahwa nyatanya semua cerita itu tak mampu terulang.
Hanya
tersimpan indah pada buku berjudul
“Kenangan”
**
Dulu
aku berharap, Aku dan Kamu bisa menjadi Kita dan selamanya.
Tapi,
nyatanya, Aku dan Kamu (pernah) menjadi Kita,
tapi tidak untuk selamanya
Created by: Raufina
keren ceritanya fir ;)
BalasHapushmm klo bikin lgi, tokohnya tu fira ma Ab.F yo!!
hehe :D =D
hehe nakasi ima:)
Hapusinsyaallah kalo ada waktu buat lagi:D